Buah Langka Indonesia
Senin, 20 Juli 2020
Rasamala (Altingia excelsa Noronha)
Nama Lokal : Rasamala
Famili : Altingiaceae
Deskripsi : Rasamala adalah pohon yang selalu hijau. Tingginya rata-rata mencapai 40-60 m. Tinggi bebas cabangnya sekitar 20-35 m. Ketinggiannya bisa mencapai diameter hingga 80-150 cm. Kulit kayu Rasamala bertekstur halus dan berwarna abu-abu. Sementara kayunya berwarna merah.
Pohon yang masih muda memiliki tajuk rapat dan berbentuk seperti pyramid. Bentuk ini kemudian berangsur membulat seiring bertambahnya umur. Daunnya berbentuk lonjong dengan panjang 6-12 cm dan lebar 2,5 – 5 cm dengan letak bergiliran. Tepi daunnya memiliki bentuk khas yaitu bergerigi halus.
Rasamala memiliki bunga berkelamin satu. Bunga jantan dan betina terpisah pada pohon yang sama. Malai betina terdiri dari 14-18 bunga dan berkumpul menyerupai kepala.
Buah Rasamala berwarna coklat seperti kapsul dan memiliki ukuran diameter 1,2 – 2,5 cm. Ia terdiri 4 ruang. Setiap ruang berisi 1-2 benih yang telah dibuahi dan benih yang tidak dibuahi yang jumlahnya mencapai 35 butir.
Penyebaran : Diduga, species ini berasal dari Pegunungan Himalaya. Ia lalu menyebar melalui Burma, Semenanjung Malaysia, Sumatera dan Jawa.
Senin, 11 November 2019
Altingia excelsa Noronha
Nama Lokal : Rasamala
Deskripsi :
Rasamala adalah pohon yang selalu hijau. Tingginya rata-rata mencapai 40-60 m. Tinggi bebas cabangnya sekitar 20-35 m. Ketinggiannya bisa mencapai diameter hingga 80-150 cm. Kulit kayu Rasamala bertekstur halus dan berwarna abu-abu. Sementara kayunya berwarna merah.
Pohon yang masih muda memiliki tajuk rapat dan berbentuk seperti pyramid. Bentuk ini kemudian berangsur membulat seiring bertambahnya umur. Daunnya berbentuk lonjong dengan panjang 6-12 cm dan lebar 2,5 – 5 cm dengan letak bergiliran. Tepi daunnya memiliki bentuk khas yaitu bergerigi halus.
Rasamala memiliki bunga berkelamin satu. Bunga jantan dan betina terpisah pada pohon yang sama. Malai betina terdiri dari 14-18 bunga dan berkumpul menyerupai kepala.
Buah Rasamala berwarna coklat seperti kapsul dan memiliki ukuran diameter 1,2 – 2,5 cm. Ia terdiri 4 ruang. Setiap ruang berisi 1-2 benih yang telah dibuahi dan benih yang tidak dibuahi yang jumlahnya mencapai 35 butir.
Penyebaran : Diduga, species ini berasal dari Pegunungan Himalaya. Ia lalu menyebar melalui Burma, Semenanjung Malaysia, Sumatera dan Jawa.
Deskripsi :
Rasamala adalah pohon yang selalu hijau. Tingginya rata-rata mencapai 40-60 m. Tinggi bebas cabangnya sekitar 20-35 m. Ketinggiannya bisa mencapai diameter hingga 80-150 cm. Kulit kayu Rasamala bertekstur halus dan berwarna abu-abu. Sementara kayunya berwarna merah.
Pohon yang masih muda memiliki tajuk rapat dan berbentuk seperti pyramid. Bentuk ini kemudian berangsur membulat seiring bertambahnya umur. Daunnya berbentuk lonjong dengan panjang 6-12 cm dan lebar 2,5 – 5 cm dengan letak bergiliran. Tepi daunnya memiliki bentuk khas yaitu bergerigi halus.
Rasamala memiliki bunga berkelamin satu. Bunga jantan dan betina terpisah pada pohon yang sama. Malai betina terdiri dari 14-18 bunga dan berkumpul menyerupai kepala.
Buah Rasamala berwarna coklat seperti kapsul dan memiliki ukuran diameter 1,2 – 2,5 cm. Ia terdiri 4 ruang. Setiap ruang berisi 1-2 benih yang telah dibuahi dan benih yang tidak dibuahi yang jumlahnya mencapai 35 butir.
Penyebaran : Diduga, species ini berasal dari Pegunungan Himalaya. Ia lalu menyebar melalui Burma, Semenanjung Malaysia, Sumatera dan Jawa.
Minggu, 21 Februari 2016
Buah Mundu (Garcina dulcis) Yang Semakin Langka
Buah Mundu (Garcina
dulcis) Yang Semakin
Langka
Oleh : Budi Santoso, M.Si
Terus terang, buah ini menjadi
favorit saya sewaktu kecil dulu. Seringkali
rutinitas pulang sekolah diakhiri dengan memanjat pohon ini sebelum sampai ke
rumah. Rasanya yang manis asam menjadi pereda haus di saat panas melanda. Taruh
tas dibawah pohonnya dan langsung panjat pohonnya. Menggapai buahnya yang kuning di ujung-ujung
dahan dan menikmatinya di atas pohon adalah sebuah kenikmatan tersendiri. Setelah itu tawa tergelak-gelak saling ejek
karena giginya beralih warna menjadi kuning kena daging buah mundu.
Itu adalah sepenggal cerita masa
lalu dimana buah mundu masih sering ditemukan di kebun-kebun pinggir jalan. Dan
sekarang keberadaan buah mundu menjadi semakin sulit ditemukan. Bahkan nyaris
punah. Mundu atau Garcinia dulcis merupakan sejenis pohon
buah-buahan yang semakin langka anggota genus Garcinia yang
berkerabat dekat dengan manggis (Garcinia mangostana)
dan asem kandis (Garcinia parvifolia).
Banyak
yang percaya buah ini merupakan tanaman buah asli Indonesia karena hanya tumbuh
di Jawa dan sebagian Kalimantan, meskipun tumbuhan ini juga tumbuh di Malaysia,
Filipina dan Thailand.
Buah Mundu yang dalam Bahasa inggris disebut sama yaitu moendoe mempunyai beberapa nama daerah
antara lain rata, baros atau klendeng (Jawa), jawura atau golodogpanto (Sunda), mondhu (Madura); kemejing, wadung
(Jakarta); patung-patung (Makasar), biniti atau bagalot (Philipina) dan maphut (Thailand).
Dalam bahasa latin buah Mundu
disebut Garcinia dulcis.
Deskripsi
Tumbuhan ini dapat mencapai ketinggian 13-15
meter. Berbatang tegak dengan
tajuk yang mengerucut ke atas. Kulit batangnya berwarna coklat dan keluar getah berwarna putih jika
ditoreh yang kemudian akan berubah menjadi coklat pucat saat kering. Batangnya berbentuk semacam persegi, dengan
banyak ranting dan berbulu halus. Cabang/dahannya
dikenal sebagai dahan yang mudah patah.
Daun mundu berbentuk bundar telur
sampai lonjong jorong dengan panjang
antara 10 – 30 cm dan lebar 3,5 – 14 cm.
Berwarna hijau pucat pada waktu muda, permukaan atas hijau gelap dan mengkilat, pada bagian
bawah dengan tulang tengah yang menonjol dan keras dengan urat-urat daun yang banyak. Panjang
tangkai daun sampai 2 cm. Bunga mundu muncul di dekat pangkal daun dengan warna kuning keputihan serta berbau
harum.
Buahnya berbentuk bulat dengan ujung atas
dan bawah agak meruncing dengan diameter antara 5-8 cm. Buah berwarna hijau
muda saat masih mentah dan berubah menjadi kuning cerah (mengkilat) ketika
masak dengan kulit yang tipis.
Daging buah mundu masak berwarna kuning dan mengandung
banyak air. Rasa buahnya manis agak masam. Dalam satu buah dapat memiliki 1-5 biji dengan ukuran +/- 2,5 cm dengan warna coklat. Jika dimakan
sebagai buah segar perlu diperhatikan getahnya. Getah buah mundu terutama yang muda dapat membuat iritasi ringan di
bibir bagi yang tidak terbiasa. Karena itu, jika hendak memakannya lebih baik
mengupas dan mencucinya terlebih dahulu sehingga getahnya hilang.
Buah ini dapat tumbuh dengan baik dan tersebar dari daerah pantai sampai
dengan ketinggian 500 meter dpl. Berbunga pada bulan-bulan April-September dan buahnya
masak pada Juli-November.
Manfaat
Buah mundu dapat dimakan langsung sebagai buah
segar dan diolah menjadi selai bahkan
sebagai campuran jamu tradisional. Sedangkan kayu dan kulitnya, dahulu sering
dipakai sebagai campuran pembuat warna hijau alami. Beberapa
bahan kimia yang terkandung dalam biji dan daun mundu di antaranya saponin,
flavonoid, dan tanin. Efek farmakologis mundu di antaranya anti-inflamasi dan
antipiretik.
Khasiat dan
Manfaat Mundu antara lain sebagai berikut :
1.
Luka
Bakar 8 g biji mundu sampai hangus, lalu giling halus. Taburkan serbuk biji mundu pada luka. Lakukan sebanyak tiga kali.
Bakar 8 g biji mundu sampai hangus, lalu giling halus. Taburkan serbuk biji mundu pada luka. Lakukan sebanyak tiga kali.
2. Gondok
Bakar 8 g biji mundu sampai hangus, lalu giling halus. Taburkan serbuk biji mundu pada gondok.
Bakar 8 g biji mundu sampai hangus, lalu giling halus. Taburkan serbuk biji mundu pada gondok.
3. Urus-urus
Bagi penderita gangguan empedu, makan buah mundu sampai ingin buang air besar.
Bagi penderita gangguan empedu, makan buah mundu sampai ingin buang air besar.
4. Terlalu banyak
buang air besat
Makan sedikit pucuk daun mundu muda segar dua kali sehari.
Makan sedikit pucuk daun mundu muda segar dua kali sehari.
5. Sariawan
Bakar 8 g biji mundu sampai hangus, lalu giling halus. Taburkan serbuk biji mundu pada luka tiga kali sehari
Bakar 8 g biji mundu sampai hangus, lalu giling halus. Taburkan serbuk biji mundu pada luka tiga kali sehari
Klasifikasi Ilmiah:
Kerajaan : Plantae;
Divisi : Magnoliophyta;
Kelas : Magnoliopsida;
Ordo : Theales;
Famili : Clusiaceae;
Genus : Garcinia;
Rabu, 20 Januari 2016
Kepel (Stelechocarpus burahol (Blume) Hook. f. & Thomson ), buah klangenan para Raja yang semakin langka
Buah Kepel
(Stelechocarpus burahol (Blume) Hook. f. & Thomson )
Oleh : Budi Santoso., S.Si., M.Si
Pendahuluan
Buah
ini dalam budaya jawa mempunyai peran
penting, pada masa lalu buah ini konon menjadi buah favorit keluarga kesultanan
Jogja. Bahkan karenanya bunga buah ini dijadikan sebagi bagian dari simbol/logo
provinsi Daerah Istimewa Jogjakarta karena mempunyai filosofi adiluhung.
Buah
yang terancam punah ini dikenal sebagai
buah Kepel, kepel, Keppel,
burahol, Simpel, Kecindul, Turalak, kepel, merupakan tanaman dari
kelompok annonaceae yang tersebar di Asia Tenggara. Di Jawa keberadaan tanaman ini masih
ditemukan tersebar di beberapa hutan dengan ketinggian dari permukaan laut yang
bervariasi. Menurut Trubus edisi Juni
2001, ketinggian optimal untuk pertumbuhan tanaman ini adalah 150-300mdpl.
Daun
Daun Kepel tunggal, lonjong meruncing (elip) dengan panjang antara 12 – 27 cm dan lebar 5 – 9 cm. Warna
daun Kepel hijau gelap. Daun muda berwarna kemerahan pada
pucuknya.Bunga berkelamin tunggal, harum.
Bunga
bunga Cauliflorous; Bunga jantan terdapat pada batang bagian atas atau cabang
yang tua bergerombol antara 8 sampai 16. Sedangkan bunga betina hanya terdapat
pada batang bagian bawah.
bunga putih kecil.
Dapat bunga dan buah lebih dari sekali setahun.
Buah
Tanaman
ini mulai berbuah pada umur 5-6 tahun.
Dengan umur buah siap panen mencapai 3,5-4 bulan semenjak bunga. Buahnya berbentuk bulat, dengan diameter 2-3 inci,Kulit buah berwarna
coklat sementara itu daging buahnya berwarna orange (kalo matang), berbauharum, dengan tekstur buah halus dengan rasa mangga dan sedikit semriwing. Keunikan dari tanaman ini adalah berbuah
sepanjang tahun dan buahnya muncul pada batang pohonnya.
Habitus
Pohon
ini tumbuh tegak menjulang hingga 20-25 meter, dengan diameter dapat mencapai
40cm. Daunnya rimbun dengan pucuk daun
berwarna kemerahan. Pucuk daun/tunas
akan bermunculan setelah masa buah berakhir. Pada kulit batangnya terdapat
benjolan-benjolan bekas tempat bunga dan buah
karena bunga dan buah kepel memang muncul di batang pohon bukannya di pucuk
ranting atau dahan.
Pertumbuhan
Memerlukan
tanah subur yang
sedikit asam dengan
drainase yang baik. Tidak tahan kekeringan dan garam.
Jenis pertumbuhan pohon lambat.Sementara itu penyakit yang patut diperhatikan
adalah jamur.
Habitat dan Persebaran.
Pohon Kepel atau Burahol tersebar mulai Malaysia, Indonesia hingga Kepulauan Solomon
bahkan Australia. Sementara itu
keberadaanya di Indonesia, terutama di
Jawa mulai jarang dan langka
Khasiat
Secara
tradisional Kalangan istana di Jogjakarta dulu sering menggunakan buah ini
sebagai penyegar nafas dan dan
pengharum
keringat sehingga spesies ini dikenal di Jawa memiliki nilai sebagai deodoran
oral. Sebuah studi 2012 menunjukkan
bahwa buah ini dapat dapat digunakan untuk mengurangi bau kotoran dengan
mengaktifkan bakteri probiotik Bifidobacterium. Selain itu buah kepel dapat dipergunakan
sebagai antihyperuricemic, dan secara tradisional telah digunakan untuk
mengobati asam urat dan mencegah peradangan ginjal karena mempunyai fungsi
antidiuretik.
Pada
masa lalu buah ini juga diyakini oleh kalangan istana dapat digunakan sebagai
kontrasepsi. Kayunya yang keras dapat dipergunakan sebagai perabotan rumah
tangga, sementara daun mudanya digunakan untuk menurunkan kolesterol.
Konservasi Pohon Kepel.
Pohon Kepel (Stelechocarpus burahol)
telah menjadi salah satu pohon yang
langka di Indonesia.
Kelangkaan tersebut mungkin karena
adanya anggapan bahwa pohon ini sebagai pohon keraton yang hanya
pantas di tanam di istana. Sehingga masyarakat jelata merasa takut kena tuah jika menanam pohon ini.
Sementara itu perhatian masyarakat di
dunia terhadap tanaman di begitu tinggi, terbukti dengan adanya forum-forum
yang dibuat untuk mendiskusikan tanaman ini.
Salah satunya adalah tropicalfruitforu m.com (lihat
gambar). Forum-forum tersebut pada
intinya berupaya agar tanaman ini dapar lestari keberadaannya.
Pada
tahun 1998 PT Posindo (Dulu PT. Pos Indonesia) menerbitkan perangko buah kepel
pada seri tanaman langka dengan nominal Rp. 500,-. Penerbitan perangko ini menjadi bagian ihtiar
untuk mengkonservasi tanaman ini.
Taksonomi
Kingdom :
Plantae
Sub Divisi :
Spermatophyta
Klas :
Magnoliopsida
Ordo :
Magnoliales
Famili :
Annonaceae
Genus :
Stelechocarpus
Spesies :
S. burahol (Blume) Hook. f. &
Thomson
Rabu, 13 Januari 2016
Buah Keledang, Buah Asli Kalimantan
Kledang (Arthrocarpus lanceifolius)
Buah keledang rasanya manis dan
daging buahnya terpisah dari bijinya seperti nangka. Sensasi rasanya merupakan
campuran antara nangka dan manggis.
Warna kulit buahnya jingga kemerahan dan bentuk buahnya seperti cempedak.
Buah keledang termasuk salah satu buah-buahan asli
hutan Kalimantan yang
tumbuh merata di seluruh daratan pulau ini.
Nama Lokal
Tumbuhan ini termasuk suku Moraceae
(nangka-nangkaan), berkerabat dengan mentawa, kluwih, pintau, cempedak, sukun, selanking, benda,
dan nangka. Nama-nama
lainnya, di antaranya, kĕledang (Mly.); simar
naka (Bat.); bangsal (Dy.); khanun-pa (Thai).
Di Kalimantan, pohon ini dikenal dengan berbagai sebutan seperti bangsal,
binturung, bunon, kayu dadak, emputu, kakian, sedah, tempunang. Juga ada yang menyebutnya kateh, keledang, kledang,
paribalek, peruput, pudu, tarap hutan, katebung, tiwadak banyu, dan
lain-lain.
Habitus
Pohon berukuran
sedang; tinggi mencapai 36 m dengan batang lurus; batang bebas cabang bisa mencapai
25 m dan gemang batang hingga 275 cm. Pohon ini terdapat banir namun pendek di atas permukaan tanah. Pepagan halus,
kelabu-pucat sampai hampir hitam, bagian dalamnya cokelat kekuningan; dengan getah
berwarna putih pucat, kental.
Ranting-ranting tebalnya 6-8 mm,
berambut atau gundul. Daun penumpu membungkus ujung ranting,
1,5-4,5 cm, berambut pendek, meninggalkan bekas luka bentuk cincin di
ranting. Daun-daun kaku
menjangat, bundar telur lanset hingga bundar telur jorong, 10-35 ×
5–20 cm; gundul di kedua sisi; ujungnya membundar hingga runcing berekor,
ekor hingga 12 mm; bertepi rata hingga menggelombang; pangkalnya
menyempit, agak tak simetris; bertangkai 1–3 cm, gundul, beralur dangkal
atau dalam di sisi atas. Daun pada anak pohon berbeda bentuk, berbagi atau
bercangap.
Bunga terletak dalam bongkol di
ketiak, Bunga betina soliter dan yang
jantan berpasangan. Bongkol jantan bentuk gelendong atau serupa jari, 30-60 ×
12–18 mm, halus; bertangkai 25–70 mm. Buah semu (syncarp)
cokelat zaitun hingga
coklat berangan kusam;
membulat, lk. 8 × 7 cm, tertutup oleh tonjolan-tonjolan serupa duri pendek
yang tumpul; bertangkai 4 cm. Biji-biji elipsoid,
12-15 × 8 mm, terbungkus ‘daging buah’ berwarna putih atau jingga
terang.
Penyebaran
Keledang
menyebar mulai dari Thailand, Semenanjung Malaya, Sumatera, Bangka, Kepulauan
Lingga dan Riau,
dan Borneo.
Ada dua anak jenisnya, yakni A. l. lanceifolius danA. l.
clementis (Merr.) Jarrett; yang terakhir ini endemik di
Borneo bagian timur laut. Umumnya ditemukan
di hutan hujan tropika dataran rendah dan
perbukitan hingga ketinggian 600(-1100) m dpl.
Manfaat
Kayu Kledang (A. Lanceifolius) termasuk kayu yang tergolong berat
(densitasnya pada kadar air 15% antara 510 – 855 kg/m3). Oleh masyarakat sekitar hutan Kalimantan sering
kali dimanfaatkan untuk konstruksi berat, bahan furnitur rumah tangga,
pembuatan perahu,
, peti mati, dan lain-lain.
Tumbuhan ini juga menghasilkan bahan pewarna, dan buahnya dapat dimakan.
A. lanceifolius merupakan sumber metabolit sekunder turunan fenol, terutama golongan flavonoid,
yang kemungkinan dapat digunakan sebagai bahan obat-obatan karena bersifat
sitotoksik. Beberapa senyawa flavonoid terprenilasi yang baru, di antaranya
jenis-jenis dari kelompok artoindonesianin, telah berhasil
diisolasi dari pepagan dan kayu keledang.
Klasifikasi
Kingdom
:
Plantae (planta, plantes, plants, vegetal)
Sub-kingdom
: Tracheobionta (vascular plants)
Super-division
: Spermatophyta
Division
:
Magnoliophyta (angiosperms, flowering plants, phanerogames)
Sub-division
: Angeospermae
Class
:
Magnoliopsida (dicots, dicotyledones, dicotyledons)
Sub-class
:
Hamamelididae
Order
:
Urticales Family : Moraceae
Genus
:
Artocarpus
Species
:
Artocarpus lanceifolius Roxb.
Langganan:
Postingan (Atom)